Remaja purti merupakan salah satu kelompok
yang rawan menderita anemia. Pernyataan WHO Regional Office SEARO yang menyatakan
bahwa 25-40% remaja putri menjadi penderita anemia defisiensi zat besi tingkat
ringan sampai berat di Asia Tenggara. Oleh karena itu, sasaran program perbaikan
gizi pada kelompok remaja putri dianggap strategis dalam upaya memutus simpul
siklus masalah gizi. Ditambahkan pula masa remaja merupakan suatu masa transisi
dari masa kanak-kanak ke masa dewasa. Pada masa ini terjadi pertumbuhan yang
pesat (adolescence growth spurt), sehingga memerlukan zat-zat gizi yang
relative besar jumlahnya. Apalagi remaja putri akan mengalami masa persiapan
menjadi ibu.
Anemia adalah suatu keadaan di mana kadar
hemoglobin dan eritrosit lebih rendah dari normal. Pada pria, hemoglobin normal
adalah 14-18 gr% dengan eritrosit 3,5-4,5 jt/mm3 . Fungsi hemoglobin
dalam darah adalah mengikat oksigen di paru-paru dan melepaskannya di seluruh
jaringan tubuh yanbg membutuhkan, kemudian mengikat CO2 dari jaringan
tubuh dan melepaskannya di paru-paru. Disamping kekurangan zat besi, nilai
hemoglobin yang rendah dapat disebabkan oleh kekurangan protein atau vitamin
B6. Yang harus diingat adalah nilai hemoglobin kurang peka terhadap tahap awal
kekurangan zat besi, akan tetapi berguna untuk mnegetahui berat ringannya
anemia.
Pada
umumnya, anemia lebih sering terjadi pada wanita dan remaja putri dibandingkan
dengan pria. Yang sangat disayangkan adalah kebanyakan penderita tidak tahu dan
tidak menyadarinya. Bahkan ketika tahu pun masih menganggap anemia masalah
sepele. Remaja putri mudah terserang anemia karena :
- Pada umumnya remaja putri lebih banyak mengonsumsi makanan nabati yang kandungan zat besinya sedikit, dibandingkan dengan makanan hewani, sehingga kebutuhan tubuh akan zat besi tidak terpenuhi.
- Remaja putri biasanya ingin tampil langsing, sehingga membatasi asupan makanan
- Setiap hari manusia kehilangan zat besi 0,6mg yang diekskresi, khususnya melalui feses (tinja)
- Remaja putri mengalami haid setiap bulan, di mana kehilangan zat besi ±1,3mg per hari, sehingga kebutuhan zat besi lebih banyak daripada pria
Mencegah
anemia bagi remaja putri menjadi sangat penting, karena nantinya wanita yang
menderita anemia dan hamil akan menghadapi banyak risiko, yaitu:
- Abortus
- Melahirkan bayi dengan berat rendah
- Mengalami penyulit lahirnya bayi karena rahim tidak mampu berkontraksi dengan baik ataupun karena tidak mampu meneran
- Perdarahan setelah persalinan yang sering berakibat kematian
Upaya-upaya
untuk mencegah anemia, anatara lain sebagai berikut :
- Makan makanan yang banyak mengandung zat besi dari bahan hewani (daging, ikan, ayam, hati dan telur); dari bahan nabati (sayuran yang berwarna hijau tua, kacang-kacangan dan tempe)
- Banyak makan makanan sumber vitamin C yang bermanfaat untuk meningkatkan penyerapan zat besi, misalnya: jambu, jeruk, tomat dan nanas
- Minum 1 tablet penambah darah setiap hari, khususnya saat mengalami haid
- Bila merasakan adanya tanda dan gejala anemia, segera konsultasi ke dokter untuk dicari penyebabnya dan diberikan pengobatan
Penyebab anemia gizi besi adalah kurangnya
asupan zat besi, berkurangnya sediaan zat besi dalam makanan, meningkatnya
kebutuhan zat besi, kehilangan darah yang kronis, penyakit malaria, cacing
tambang, infeksi-infeksi lain, serta pengetahuan yang kurang tentang anemia zat
besi.
Penderita dengan anemia dapat terganggu
kegiatan sehari-harinya. Adapun gejala yang sering timbul antara lain pusing,
lemah, letih, lelah dan lesu. Pada umumnya, seseorang mulai curiga akan adanya
anemia bila keadaan sudah makin parah, sehingga gejalanya kelihatan lebih
jelas, seperti kulit pucat, jantung berdebar-debar, pusing, mudah kehabisan
nafas ketika naik tangga, atau olahraga.
Remaja putri harus diperhatikan kebutuhan zat
besinya, karena kebutuhan akan zat besi akan terus meningkat dengan adanya
pertumbuhan dan datangnya menarche.
Aktivitas fisik yang meningkat juga turut membarikan pengaruh. Selain itu,
keterlambatan tumbuh kembang tubuh pada usia sebelumnya kan dikejar pada usia
ini. Pemenuhan kecukupan gizi sangat penting agar proses tumbuh kembang
berlangsung sempurna.
Anemia pada remaja dapat berdampak pada
menurunya produktivitas kerja ataupun kemampuan akademis di sekolah, karena
tidak adanya gairah belajar dan konsentrasi. Anemia juga dapat mengganggu
pertumbuhan di mana tinggi dan berat badan menjadi tidak sempurna. Selain itu,
daya tahan tubuh akan menurun sehingga mudah terserang penyakit. Anemia juga
dapat menyebabkan menurunya produksi energy dan akumulasi laktat dalam otot.
Komplikasi dari anemia pun beraneka ragam,
misalnya: gagal jantung kongestif (karena otot jantung yang kekurangan oksigen
tidak dapat menyesuaikan diri dengan beban kerja jantung yang meningkat),
parestesia, konfusi kanker, penyakit ginjal, gondok, gangguan pembentukan heme
(pigmen pembentuk warna merah pada darah yang mengandung zat ebsi), penyakit
infeksi kuman, thalasemia (kurang cepatnya pembuatan satu rantai/ unsure
pembentuk hemoglobin), kelainan jantung, rematoid, meningitis, gangguan system
imun dan sebagainya.
Menurut
DeMaeyer (1995), pencegahan adanya anemia defisiensi zat besi dapat dilakukan
dengan pendekatan dasar yaitu sebagai berikut :
- Memperkaya makanan pokok dengan zat besi, seperti: hati, sayuran berwarna hijau, dan kacang-kacangan. Zat besi dapat membantu pembentukan hemoglobin (sel darah merah) yang baru
- Pemberian suplemen tablet zat besi.
- Memberikan pendidikan kesehatan tentang pola makan sehat. Kehadiran makanan siap saji (fast food) dapat mempengaruhi pola makan remaja. Makanan siap saji umumnya rendah zat besi, kalsium, riboflavin, vitamin A dan asam folat. Makanan siap saji mengandung lemak jenuh, kolesterol dan natrium yang tinggi.
No comments:
Post a Comment