Orang berkacamata minus lebih cerdas
Rabun jauh merupakan epidemic modern. Pada
beberapa populasi, 80 persen orang dewasa muda menderita rabun jauh, dan riset
menunjukkan bahwa pada setiap generasi selama abad terakhir, jumlah miop
(penderita rabun jauh) meningkat secara signifikan.
Anak-anak yang salah satu orang tuanya miop memiliki
kemungkinan lebih besar mengalami kondisi serupa, dan risikonya meningkat jika
kedua orangtuanya miop. Ini mengindikasikan bahwa, setidaknya hingga tingkat
tertentu, myopia ditentukan secara genetis.
Namun, jika gen myopia memang ada, bagaimana
gen tersebut bisa bertahan hidup menghadapi tekanan evolusi? Pada masa
prasejarah, pemburu-pengumpul mana pun yang rabun tidak akan lama bertahan
hidup. Mereka juga bukan calon yang menarik sebagai pasangan maupun penyedia
makanan bagi keluarga. Jadi, menurut teori evolusi, gen myopia seharusnya sudah
lenyap oleh waktu. Nyatanya, bukan hanya tetap ada bersama kita, prevalensi
myopia semakin bertambah dengan tingkat yang mencemaskan. Bagaiman ini bisa
terjadi?
Menurut para peneliti di Rumah Sakit Queen
Mary, London dan di Universitas Hong Kong, gen atau gen-gen myopia bertahan
karena memiliki peran kedua yang lebih penting untuk dimainkan dalam hal
kecerdasan
Sudah umum diketahui bahwa siswa yang
berbakat secara akademik dan berprestasi tinggi biasanya rabun jauh, tetapi
penjelasan tradisional untuk hal ini adalah rabun jauh hanyalah tanda bagi
anak-anak yang sudah membaca pada usia dini dan yang oleh karena itu cenderung
lebih berprestasi.
Riset mutakhir mengajukan kaitan yang jauh
lebih langsung antara myopia dan kecerdasan. Riset itu mengklaim kecerdasan
yang lebih tinggi dan myopia saling berhubungan karena pertumbuhan otak dan
mata memiliki dasar genetis yang sama. Meskipun demikian, hal yang menentukan
adalah elemen genetis yang bertanggung jawab terhadap myopia harus diaktifkan
oleh pemicu yang ada di lingkungan. Teorinya, di masa yang sangat lampau pemicu
itu tidak ada, sehingga nenek moyang kita diuntungkan dari materi genetis yang membawa
kecerdasan superior, tapi tidak mengalami kerugian rabun jauh.
“Selama evolusi manusia, gen diseleksi ketat
karena memfasilitasi kemampuan bertahan hidup nenek moyang kita” kata para
peneliti tersebut. “mereka bisa menetapkan kecerdasan untuk mengasah teknik
berburu, mengumpulkan makanan, beternak atau menggembala. Komponen myopia tidak
banyak merugikan karena tidak muncul pada lingkungan nenek moyang kita dan
karenanya, netral secara selektif. Akibatnya, terjadi peningkatan kemampuan
untuk bertahan hidup serta berkembang biak dan gen tersebut mampu mencapai
frekuensi yang sangat tinggi pada populasi manusia, seperti tercermin oleh
lazinmya myopia saat itu.”
Akan tetapi, apa pemicu dari lingkungan itu?
Apa yang sekarang mengaktfikan material genetis yang terlibat dalam myopia?
Yah, satu hal yang dilakukan manusia modern
yang tidak dilakukan masyarakat pemburu-pengumpul adalah membaca, dan mungkin
membaca, terutama jika dimulai dari usia dini, merupakan pemicunya. Jika
demikian halnya, menurut peneliti dari Hong Kong tersebut, pengaktifan material
genetis myopia kemungkinan bisa dicegah dengan menghindari apa yang mereka
deskripsikan sebagai penggunaan mata secara tidak alami pada masa kanak-kanak.
Pengalaman visual dini bisa dikendalikan
dengan tidak mendukung penyekolahan intensif, tugas cermat yang banyak, dan
kegiatan waktu senggang yang berhubungan dengan masukan visual yang kompleks
seperti menonton televisi dan video game. Strategi apa pun yang sejalan dengan
ini harus dimulai sejak dini dan dipelihara utnuk mencakup keseluruhan masa
rentan pengaktifan gen myopia.
No comments:
Post a Comment