Botoks
membuat anda lebih lansing
Botoks, Toksin yang memberi status selebriti
pada bakteri, paling popular untuk melenyapkan kerut, menghaluskan leher,
menyembuhkan gangguan keringat berlebih, dan memperbaiki mata juling. Meskipun
semakin banyak digunakan dokter untuk menangani gejala pada penderita penyakit
lain, termasuk multiple sklerosis, cerebral palsy, cedera tulang punggung dan
otak, serta orang yang lolos dari serangan stroke, efek kosmetik dan penggunaan
botoks oleh selebritis yang menempati kepala berita.
Namu apakah sekarang botoks siap menerima
tantangan terbesar? Bisakah suntikan toksin botulinum mengurangi berat badan
anda? Bisakah satu seri injeksi yang terdiri atas 40 suntikan melenyapkan perut
berlemak?
Toksin botulinum dihasilkan oleh clostridium botulinum dan bekerja dengan
cara membuat otot-otot menjadi lemah. Hal tersebut dicapai dengan mengeblok
kerja syaraf dan sebuah senyawa bernama acetylcholine
yang memicu kontraksi otot. Itulah bagaimana botoks bekerja untuk mengatasi
kerutan, noda wajah, ataupun kekejangan.
Teori yang menyatakan bahwa botoks bisa
dipakai untuk menangani epidemic kelebihan berat badan dan obesitas memang
didukung oleh beberapa eksperimen yang menunjukkan behwa memblokir atau
memotong syaraf pada suatu area tubuh bisa mengakibatkan lenyapnya lemak di
area tersebut. Percobaan pada tikus menunjukkan bahwa saat para pelaku
percobaan memotong syaraf vagus, slah satu saraf terpanjang di tubuh ini
menyebabkan lenyapnya lemak setempat.
Para peneliti di Universitas Nasional
Singapura menduga injeksi Botoks bisa bekerja dengan cara kurang lebih sama
dengan memblokir syaraf, suatu proses yang mereka sebut kemodenervasi, yang
akan menghasilkan lenyapnya lemak pada dan si sekitar tempat injeksi.
Kami mengajukan postulat bahwa injeksi botoks
ke dalam jaringan adipose bisa menyebabkan kemodenervasi dan akibatnya
menghasilkan atrofi. Dengan demikian, botoks bisa diinjeksi ke dalam timbunan
lemak, di area bokong, paha, atau perut, untuk tujuan kosmetik, kata mereka.
Teorinya, abdomen akan dibagi menjadi
kotak-kotak oleh 40 area injeksi. Setiap pasien kemudian diberi satu injeksi
pada setiap luas area untuk meniadakan fungsi saraf, dan akibatnya, meniadakan
lemak. Penggunaan toksin itu menyebar disekitar area injeksi untuk melingkupi
setiap luas area. Saat keempat puluh area sudah diinjeksi, maka akan terjadi
kehilangan lemak yang seragam pada seluruh area tersebut.
Jika pembentukan tubuh menggunakan botoks ini
berhasil, kekurangan masih tetap ada, selain trauma akibat 40 suntikan tadi.
Pertama, efek botoks cenderung habis seiring berjalannya waktu, jadi mungkin
dibutuhkan suntikan lagi, para peneliti Singapura tersebut mengatakan bahwa
efeknya bisa bertahan antara tiga bulan sampai dua tahun.
Kekurangan kedua, teknik ini mungkin hanya
bisa menangani lemak permukaan, yaitu lemak yang berada persis di bawah kulit,
dan tidak bekerja lebih dalam pada lemak visera (lemak pada organ tubuh).
Sementara menghilangkan lemak visera mungkin membuat anda lebih tampak lebih baik
dan mengurangi bobot tubuh, tindakan ini tidak memberi pengaruh besar terhadap
kesehataan karena lemak visera yang meningkatkan risiko terkena penyakit
jantung, stroke, diabetes, dan tekanan darah tinggi. Lemak visera diproses di
dalam lever dan diubah menjadi kolesterol dan kolesterol jahat mempersempit
arteri.
Prosedur kami, jika memungkinkan, akan
mencapai perbaikan kosmetik tanpa menurunkan morbiditas atau mortalitas, dan
pasien harus disarankan untuk mengatur pola makan dan berolah raga agar lemak
visera juga mnurun, kata para peneliti.
Buang
air beasar di malan hari untuk
menurunkan berat badan
Obesitas telah menjadi masalah kesehatan
global. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan lebih dari satu miliar
orang dewasa kelabihan berat badan, dan setidaknya 300 juta di antaranya
menderita obesitas. Di Inggris, satu dari lima orang dewasa menderita obesitas
dan lebih dari 30.000 kematian dalam setahun disebabkan oleh obesitas dan kondisi
kesehatan yang berhubungan dengan obesitas.
Solusi potensial berkisar mulai dari diet,
peubahan gaya hidup dan perilaku, hingga obat pemodifikasi selera makan dan
penbedahan untuk mengecilkan perut. Namun bagi banyak orang, diet dan perubahan
gaya hidup tidaklah berhasil. Strategi lain bisa jadi tidak murah, sementara
pembedahan juga membawa risiko yang muncul bersama pembiuasan dan operasi
besar.
Para penyelidik secara konstan mencoba
memberikan cara yang baru dan lebih efektif untuk mengatasi problem ini secara
sederhana dan murah, dan para peneliti Pusat Medis Universitas Leiden, Belanda
mungkinkan telah mendapatkan solusi baru yang alami dan murah, yaitu buang air
besar pada malam hari.
Gagasan dasarnya, dengan menunda pergi ke
toilet sampai malam hari, bukan melakukannya pada pagi hari, berarti kita
terpaksa membawa beban ekstra ke mana-mana seharian. Akibatnya, lebih banyak
kalori terbakar dan lebih sedikit lemak terakumulasi. Terlebih lagi, kata para
peneliti, rasa penuh pada usus menekan selera makan, sehingga semakin sedikit
kalori yang dimakan. Selain itu, meskipun pengosongan final usus pada larut
malam bisa meningkatkan rasa lapar, tidak berarti anda makan lebih banyak
karena anda akan terlau lelah dan tertidur.
Kami mengajukan postulat bahwa menerapkan
kebiasaan buang iar besar tepat sebelum waktu tidur yang biasa, setelah
beberapa lama pada akhirnya akan mengakibatkan penurunan berat badan dan berat
badan rata-rata lebih rendah, kata mereka. Buang air besar sebelum waktu tidur
yang biasa berarti melakukan semua aktivitas dengan beban ekstra beberapa ons
dan, sama seperti menggeret ransel sepanjang waktu membuat anda mengeluarkan
lebih banyak energy kargo feses tambahan akan menyebabkan tubuh menggunakan
lebih banyak energy dan akibatnya berat badan turun. Jika terbukti efektif,
maka hal ini bisa menjadi pendekatan baru yang tidak memerlukan biaya dalam
pertarungan kita melawan obesiats berikut dampaknya.
Namun, dalam laporan kedua, para dokter di
Universitas Aristotle Thessaloniki, Yunani, menantang gagasan itu, menekankan
bahwa riset menunjukkan 77 persen orang buang air besar pada pagi hari. Mereka
memperingatkan bahwa orang yang mencoba menahan buang air besar sampai malam
hari bisa mengalami kesulitan saat melakukannya. Faktanya, kata mereka,
perilaku semacam itu bisa mengacaukan jam tubuh dan mengakibatkan konstipasi,
factor risiko kanker usus yang sudah dikenal.
Penting menekankan agar orang selalu meresons
dorongan untuk buang air besar karena kegagalan melakukannya bisa mengakibatkan
konstipasi, kata mereka. Pengendalian diri yang dibutuhkan untuk mengatasi tendensi
menguat untuk mengosongkan isi perut jelas berpengaruh negative pada kualitas
kehidupan maupun pada produktifitas orang yang ingin mengikuti saran ini demi
menurunkan berat badan karena konsentrasi mereka akan lebih terfokus pada cara
menghindari buang air besar daripada bekerja. Mereka menambahkan, “saran kami
untuk menurunkan berat badan adalah melakukan metode sederhana seperti diet
seimbang ala Mediterania dan mendorong aktivitas fisik”.
Diet selang-seling
untuk menurunkan berat badan dan hidup lebih lama
Diet yang tidak hanya menurunkan berat badan,
terapi juga mengatasi penyakit, melindungi tubuh dari infeksi, dan bahkan
memperpanjang umur mungkin bukan lagi sekedar mimpi. Sebuah tim dokter dan
ilmuwan yang telah menjalani diet selama tiga tahun mengatakan bahwa diet ini
bisa memengaruhi penyakit yang berbeda seperti asma dan penyakit jantung. Hasil
dari uji coba klinis pertama diet ini memperlihatkan apa yang disebut sebagai
reduksi dramatis pada radang yang berhubungan dengan penyakit tersebut.
Kami telah menagamati perbaikan beragam
kondisi penyakit, yang dimulai dalam dua minggu, termasuk penyakit resistensi
insulin, asma, alergi musiaman, rheumatoid arthritis, osteoarthritis, penyakit menular,
penyakit periodontal, dan cardiac arrhythmias, kata Dr. James Johnson, ahli
bedah plastic penulis pendamping laporan mengenai diet tersebut bersama para
koleganya dari Universitas Stanford dan Universitas New Orleans.
Johnson, yang berat badannya turun 17,5 kg
dalam 11 minggu pertama melakukan diet ini, mendeskripsikan diet ini sebagai diet hari suka, hari duka. Diet ini
melibatkan makan secara normal pada satu hari dan kemudian membatasi asupan
kalori pada hari berikutnya dengan kisaran 20 sampai 50 persen.
Laporan tersebut mengklaim bahwa bagi orang
yang ingin menurunkan berat badan, diet ini memiliki keuntungan psikolohis
karena meniadakan kekurangan makanan secara permanen. Dinyatakan juga bahwa
lebih cenderung mau berdiet selama satu hari saat tahu mereka bisa makan secara
normal keesokan harinya daripada harus menahan makan secara tdiak jelas. Namun
para peneliti mengatakan bahwa pembatasan kalori selang-seling ini memiliki
efek mamperbaiki kesehatan ketika tidak terjadi penurunan berat badan, dan saat
ini mereka memiliki data mengenai 500 orang yang telah berhasil menggunakan
diet ini.
Selama tiga tahun kami telah bereksperimen
dengan pola makan selang-seling yang membatasi asupan hingga 20-50 persen dari
estimasi kebutuhan harian selama satu hair, lalu diikuti makan bebas pada hari
berikutnya. Pembatasan kalori selang-sleing ini tampaknya memiliki efek
memperbaiki kesehatan saat tidak terjadi penurunan berat badan, kata laporan
tersebut. Laporan itu menambahkan, Berdasarkan studi yang sangat luas mengenai
pembatasan kalori pada hewan yang secara nyata menunda, mencegah, atau
melemahkan semua penyakit akibat pembatasan kalori, kami mengajukan pendapat
bahwa pola diet ini, dan atau tanap penurunan berat badan, akan menunda,
mencegah, atau memperbaiki beragam penyakit manusia selain yang sudah disebutkan
di atas, termasuk multiple sklerosis, alzeimer, Parkinson, artherosklerosis,
dan kegagalan jantung kongestif.
Tidak diketahui bagaimana tepatnya diet ini
bekerja, tetapi sebuah teori menjelaskan bahwa pengurangan makanan akan
mengaktifkan gen yag memicu reaksi dalam tubuh yang mempercepat pemrosesan
lemak. Hal itu tidak hanya menghasilkan penurunan berat badan, tetapi dikatakan
juga berdampak pada level kerusakan oksidatif yang ditengarai terlibat dalam
sejumlah besar penyakit.
No comments:
Post a Comment