Monday, June 11, 2012

Anemia

Anemia


Remaja purti merupakan salah satu kelompok yang rawan menderita anemia. Pernyataan WHO Regional Office SEARO yang menyatakan bahwa 25-40% remaja putri menjadi penderita anemia defisiensi zat besi tingkat ringan sampai berat di Asia Tenggara. Oleh karena itu, sasaran program perbaikan gizi pada kelompok remaja putri dianggap strategis dalam upaya memutus simpul siklus masalah gizi. Ditambahkan pula masa remaja merupakan suatu masa transisi dari masa kanak-kanak ke masa dewasa. Pada masa ini terjadi pertumbuhan yang pesat (adolescence growth spurt), sehingga memerlukan zat-zat gizi yang relative besar jumlahnya. Apalagi remaja putri akan mengalami masa persiapan menjadi ibu.
Anemia adalah suatu keadaan di mana kadar hemoglobin dan eritrosit lebih rendah dari normal. Pada pria, hemoglobin normal adalah 14-18 gr% dengan eritrosit 3,5-4,5 jt/mm3 . Fungsi hemoglobin dalam darah adalah mengikat oksigen di paru-paru dan melepaskannya di seluruh jaringan tubuh yanbg membutuhkan, kemudian mengikat CO2 dari jaringan tubuh dan melepaskannya di paru-paru. Disamping kekurangan zat besi, nilai hemoglobin yang rendah dapat disebabkan oleh kekurangan protein atau vitamin B6. Yang harus diingat adalah nilai hemoglobin kurang peka terhadap tahap awal kekurangan zat besi, akan tetapi berguna untuk mnegetahui berat ringannya anemia.
Pada umumnya, anemia lebih sering terjadi pada wanita dan remaja putri dibandingkan dengan pria. Yang sangat disayangkan adalah kebanyakan penderita tidak tahu dan tidak menyadarinya. Bahkan ketika tahu pun masih menganggap anemia masalah sepele. Remaja putri mudah terserang anemia karena :
  • Pada umumnya remaja putri lebih banyak mengonsumsi makanan nabati yang kandungan zat besinya sedikit, dibandingkan dengan makanan hewani, sehingga kebutuhan tubuh akan zat besi tidak terpenuhi.
  • Remaja putri biasanya ingin tampil langsing, sehingga membatasi asupan makanan
  • ŸSetiap hari manusia kehilangan zat besi 0,6mg yang diekskresi, khususnya melalui feses (tinja)
  • Remaja putri mengalami haid setiap bulan, di mana kehilangan zat besi ±1,3mg per hari, sehingga kebutuhan zat besi lebih banyak daripada pria

Mencegah anemia bagi remaja putri menjadi sangat penting, karena nantinya wanita yang menderita anemia dan hamil akan menghadapi banyak risiko, yaitu:
  • Abortus
  • Melahirkan bayi dengan berat rendah
  • ŸMengalami penyulit lahirnya bayi karena rahim tidak mampu berkontraksi dengan baik ataupun karena tidak mampu meneran
  • Ÿ Perdarahan setelah persalinan yang sering berakibat kematian

Upaya-upaya untuk mencegah anemia, anatara lain sebagai berikut :
  •  Makan makanan yang banyak mengandung zat besi dari bahan hewani (daging, ikan, ayam, hati dan telur); dari bahan nabati (sayuran yang berwarna hijau tua, kacang-kacangan dan tempe)
  • ŸBanyak makan makanan sumber vitamin C yang bermanfaat untuk meningkatkan penyerapan zat besi, misalnya: jambu, jeruk, tomat dan nanas
  • Minum 1 tablet penambah darah setiap hari, khususnya saat mengalami haid
  • Bila merasakan adanya tanda dan gejala anemia, segera konsultasi ke dokter untuk dicari penyebabnya dan diberikan pengobatan

Penyebab anemia gizi besi adalah kurangnya asupan zat besi, berkurangnya sediaan zat besi dalam makanan, meningkatnya kebutuhan zat besi, kehilangan darah yang kronis, penyakit malaria, cacing tambang, infeksi-infeksi lain, serta pengetahuan yang kurang tentang anemia zat besi.

Penderita dengan anemia dapat terganggu kegiatan sehari-harinya. Adapun gejala yang sering timbul antara lain pusing, lemah, letih, lelah dan lesu. Pada umumnya, seseorang mulai curiga akan adanya anemia bila keadaan sudah makin parah, sehingga gejalanya kelihatan lebih jelas, seperti kulit pucat, jantung berdebar-debar, pusing, mudah kehabisan nafas ketika naik tangga, atau olahraga.

Remaja putri harus diperhatikan kebutuhan zat besinya, karena kebutuhan akan zat besi akan terus meningkat dengan adanya pertumbuhan dan datangnya menarche. Aktivitas fisik yang meningkat juga turut membarikan pengaruh. Selain itu, keterlambatan tumbuh kembang tubuh pada usia sebelumnya kan dikejar pada usia ini. Pemenuhan kecukupan gizi sangat penting agar proses tumbuh kembang berlangsung sempurna.

Anemia pada remaja dapat berdampak pada menurunya produktivitas kerja ataupun kemampuan akademis di sekolah, karena tidak adanya gairah belajar dan konsentrasi. Anemia juga dapat mengganggu pertumbuhan di mana tinggi dan berat badan menjadi tidak sempurna. Selain itu, daya tahan tubuh akan menurun sehingga mudah terserang penyakit. Anemia juga dapat menyebabkan menurunya produksi energy dan akumulasi laktat dalam otot.
Komplikasi dari anemia pun beraneka ragam, misalnya: gagal jantung kongestif (karena otot jantung yang kekurangan oksigen tidak dapat menyesuaikan diri dengan beban kerja jantung yang meningkat), parestesia, konfusi kanker, penyakit ginjal, gondok, gangguan pembentukan heme (pigmen pembentuk warna merah pada darah yang mengandung zat ebsi), penyakit infeksi kuman, thalasemia (kurang cepatnya pembuatan satu rantai/ unsure pembentuk hemoglobin), kelainan jantung, rematoid, meningitis, gangguan system imun dan sebagainya.
Menurut DeMaeyer (1995), pencegahan adanya anemia defisiensi zat besi dapat dilakukan dengan pendekatan dasar yaitu sebagai berikut :
  1. Memperkaya makanan pokok dengan zat besi, seperti: hati, sayuran berwarna hijau, dan kacang-kacangan. Zat besi dapat membantu pembentukan hemoglobin (sel darah merah) yang baru
  2. Pemberian suplemen tablet zat besi.
  3. Memberikan pendidikan kesehatan tentang pola makan sehat. Kehadiran makanan siap saji (fast food) dapat mempengaruhi pola makan remaja. Makanan siap saji umumnya rendah zat besi, kalsium, riboflavin, vitamin A dan asam folat. Makanan siap saji mengandung lemak jenuh, kolesterol dan natrium yang tinggi.

No comments:

Post a Comment