Saturday, June 16, 2012

Orang berkacamata minus lebih cerdas


Orang berkacamata minus lebih cerdas


Rabun jauh merupakan epidemic modern. Pada beberapa populasi, 80 persen orang dewasa muda menderita rabun jauh, dan riset menunjukkan bahwa pada setiap generasi selama abad terakhir, jumlah miop (penderita rabun jauh) meningkat secara signifikan.
Anak-anak yang salah satu orang tuanya miop memiliki kemungkinan lebih besar mengalami kondisi serupa, dan risikonya meningkat jika kedua orangtuanya miop. Ini mengindikasikan bahwa, setidaknya hingga tingkat tertentu, myopia ditentukan secara genetis.
Namun, jika gen myopia memang ada, bagaimana gen tersebut bisa bertahan hidup menghadapi tekanan evolusi? Pada masa prasejarah, pemburu-pengumpul mana pun yang rabun tidak akan lama bertahan hidup. Mereka juga bukan calon yang menarik sebagai pasangan maupun penyedia makanan bagi keluarga. Jadi, menurut teori evolusi, gen myopia seharusnya sudah lenyap oleh waktu. Nyatanya, bukan hanya tetap ada bersama kita, prevalensi myopia semakin bertambah dengan tingkat yang mencemaskan. Bagaiman ini bisa terjadi?
Menurut para peneliti di Rumah Sakit Queen Mary, London dan di Universitas Hong Kong, gen atau gen-gen myopia bertahan karena memiliki peran kedua yang lebih penting untuk dimainkan dalam hal kecerdasan
Sudah umum diketahui bahwa siswa yang berbakat secara akademik dan berprestasi tinggi biasanya rabun jauh, tetapi penjelasan tradisional untuk hal ini adalah rabun jauh hanyalah tanda bagi anak-anak yang sudah membaca pada usia dini dan yang oleh karena itu cenderung lebih berprestasi.
Riset mutakhir mengajukan kaitan yang jauh lebih langsung antara myopia dan kecerdasan. Riset itu mengklaim kecerdasan yang lebih tinggi dan myopia saling berhubungan karena pertumbuhan otak dan mata memiliki dasar genetis yang sama. Meskipun demikian, hal yang menentukan adalah elemen genetis yang bertanggung jawab terhadap myopia harus diaktifkan oleh pemicu yang ada di lingkungan. Teorinya, di masa yang sangat lampau pemicu itu tidak ada, sehingga nenek moyang kita diuntungkan dari materi genetis yang membawa kecerdasan superior, tapi tidak mengalami kerugian rabun jauh.
“Selama evolusi manusia, gen diseleksi ketat karena memfasilitasi kemampuan bertahan hidup nenek moyang kita” kata para peneliti tersebut. “mereka bisa menetapkan kecerdasan untuk mengasah teknik berburu, mengumpulkan makanan, beternak atau menggembala. Komponen myopia tidak banyak merugikan karena tidak muncul pada lingkungan nenek moyang kita dan karenanya, netral secara selektif. Akibatnya, terjadi peningkatan kemampuan untuk bertahan hidup serta berkembang biak dan gen tersebut mampu mencapai frekuensi yang sangat tinggi pada populasi manusia, seperti tercermin oleh lazinmya myopia saat itu.”
Akan tetapi, apa pemicu dari lingkungan itu? Apa yang sekarang mengaktfikan material genetis yang terlibat dalam myopia?
Yah, satu hal yang dilakukan manusia modern yang tidak dilakukan masyarakat pemburu-pengumpul adalah membaca, dan mungkin membaca, terutama jika dimulai dari usia dini, merupakan pemicunya. Jika demikian halnya, menurut peneliti dari Hong Kong tersebut, pengaktifan material genetis myopia kemungkinan bisa dicegah dengan menghindari apa yang mereka deskripsikan sebagai penggunaan mata secara tidak alami pada masa kanak-kanak.
Pengalaman visual dini bisa dikendalikan dengan tidak mendukung penyekolahan intensif, tugas cermat yang banyak, dan kegiatan waktu senggang yang berhubungan dengan masukan visual yang kompleks seperti menonton televisi dan video game. Strategi apa pun yang sejalan dengan ini harus dimulai sejak dini dan dipelihara utnuk mencakup keseluruhan masa rentan pengaktifan gen myopia.

No comments:

Post a Comment