Thursday, June 7, 2012

Teori menurunkan berat badan

Teori menurunkan berat badan



Botoks membuat anda lebih lansing



Botoks, Toksin yang memberi status selebriti pada bakteri, paling popular untuk melenyapkan kerut, menghaluskan leher, menyembuhkan gangguan keringat berlebih, dan memperbaiki mata juling. Meskipun semakin banyak digunakan dokter untuk menangani gejala pada penderita penyakit lain, termasuk multiple sklerosis, cerebral palsy, cedera tulang punggung dan otak, serta orang yang lolos dari serangan stroke, efek kosmetik dan penggunaan botoks oleh selebritis yang menempati kepala berita.

Namu apakah sekarang botoks siap menerima tantangan terbesar? Bisakah suntikan toksin botulinum mengurangi berat badan anda? Bisakah satu seri injeksi yang terdiri atas 40 suntikan melenyapkan perut berlemak?

Toksin botulinum dihasilkan oleh clostridium botulinum dan bekerja dengan cara membuat otot-otot menjadi lemah. Hal tersebut dicapai dengan mengeblok kerja syaraf dan sebuah senyawa bernama acetylcholine yang memicu kontraksi otot. Itulah bagaimana botoks bekerja untuk mengatasi kerutan, noda wajah, ataupun kekejangan.

Teori yang menyatakan bahwa botoks bisa dipakai untuk menangani epidemic kelebihan berat badan dan obesitas memang didukung oleh beberapa eksperimen yang menunjukkan behwa memblokir atau memotong syaraf pada suatu area tubuh bisa mengakibatkan lenyapnya lemak di area tersebut. Percobaan pada tikus menunjukkan bahwa saat para pelaku percobaan memotong syaraf vagus, slah satu saraf terpanjang di tubuh ini menyebabkan lenyapnya lemak setempat.

Para peneliti di Universitas Nasional Singapura menduga injeksi Botoks bisa bekerja dengan cara kurang lebih sama dengan memblokir syaraf, suatu proses yang mereka sebut kemodenervasi, yang akan menghasilkan lenyapnya lemak pada dan si sekitar tempat injeksi.
Kami mengajukan postulat bahwa injeksi botoks ke dalam jaringan adipose bisa menyebabkan kemodenervasi dan akibatnya menghasilkan atrofi. Dengan demikian, botoks bisa diinjeksi ke dalam timbunan lemak, di area bokong, paha, atau perut, untuk tujuan kosmetik, kata mereka.
Teorinya, abdomen akan dibagi menjadi kotak-kotak oleh 40 area injeksi. Setiap pasien kemudian diberi satu injeksi pada setiap luas area untuk meniadakan fungsi saraf, dan akibatnya, meniadakan lemak. Penggunaan toksin itu menyebar disekitar area injeksi untuk melingkupi setiap luas area. Saat keempat puluh area sudah diinjeksi, maka akan terjadi kehilangan lemak yang seragam pada seluruh area tersebut.

Jika pembentukan tubuh menggunakan botoks ini berhasil, kekurangan masih tetap ada, selain trauma akibat 40 suntikan tadi. Pertama, efek botoks cenderung habis seiring berjalannya waktu, jadi mungkin dibutuhkan suntikan lagi, para peneliti Singapura tersebut mengatakan bahwa efeknya bisa bertahan antara tiga bulan sampai dua tahun.

Kekurangan kedua, teknik ini mungkin hanya bisa menangani lemak permukaan, yaitu lemak yang berada persis di bawah kulit, dan tidak bekerja lebih dalam pada lemak visera (lemak pada organ tubuh). Sementara menghilangkan lemak visera mungkin membuat anda lebih tampak lebih baik dan mengurangi bobot tubuh, tindakan ini tidak memberi pengaruh besar terhadap kesehataan karena lemak visera yang meningkatkan risiko terkena penyakit jantung, stroke, diabetes, dan tekanan darah tinggi. Lemak visera diproses di dalam lever dan diubah menjadi kolesterol dan kolesterol jahat mempersempit arteri.

Prosedur kami, jika memungkinkan, akan mencapai perbaikan kosmetik tanpa menurunkan morbiditas atau mortalitas, dan pasien harus disarankan untuk mengatur pola makan dan berolah raga agar lemak visera juga mnurun, kata para peneliti.

Buang air  beasar di malan hari untuk menurunkan berat badan

Obesitas telah menjadi masalah kesehatan global. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan lebih dari satu miliar orang dewasa kelabihan berat badan, dan setidaknya 300 juta di antaranya menderita obesitas. Di Inggris, satu dari lima orang dewasa menderita obesitas dan lebih dari 30.000 kematian dalam setahun disebabkan oleh obesitas dan kondisi kesehatan yang berhubungan dengan obesitas.

Solusi potensial berkisar mulai dari diet, peubahan gaya hidup dan perilaku, hingga obat pemodifikasi selera makan dan penbedahan untuk mengecilkan perut. Namun bagi banyak orang, diet dan perubahan gaya hidup tidaklah berhasil. Strategi lain bisa jadi tidak murah, sementara pembedahan juga membawa risiko yang muncul bersama pembiuasan dan operasi besar.

Para penyelidik secara konstan mencoba memberikan cara yang baru dan lebih efektif untuk mengatasi problem ini secara sederhana dan murah, dan para peneliti Pusat Medis Universitas Leiden, Belanda mungkinkan telah mendapatkan solusi baru yang alami dan murah, yaitu buang air besar pada malam hari.

Gagasan dasarnya, dengan menunda pergi ke toilet sampai malam hari, bukan melakukannya pada pagi hari, berarti kita terpaksa membawa beban ekstra ke mana-mana seharian. Akibatnya, lebih banyak kalori terbakar dan lebih sedikit lemak terakumulasi. Terlebih lagi, kata para peneliti, rasa penuh pada usus menekan selera makan, sehingga semakin sedikit kalori yang dimakan. Selain itu, meskipun pengosongan final usus pada larut malam bisa meningkatkan rasa lapar, tidak berarti anda makan lebih banyak karena anda akan terlau lelah dan tertidur.

Kami mengajukan postulat bahwa menerapkan kebiasaan buang iar besar tepat sebelum waktu tidur yang biasa, setelah beberapa lama pada akhirnya akan mengakibatkan penurunan berat badan dan berat badan rata-rata lebih rendah, kata mereka. Buang air besar sebelum waktu tidur yang biasa berarti melakukan semua aktivitas dengan beban ekstra beberapa ons dan, sama seperti menggeret ransel sepanjang waktu membuat anda mengeluarkan lebih banyak energy kargo feses tambahan akan menyebabkan tubuh menggunakan lebih banyak energy dan akibatnya berat badan turun. Jika terbukti efektif, maka hal ini bisa menjadi pendekatan baru yang tidak memerlukan biaya dalam pertarungan kita melawan obesiats berikut dampaknya.

Namun, dalam laporan kedua, para dokter di Universitas Aristotle Thessaloniki, Yunani, menantang gagasan itu, menekankan bahwa riset menunjukkan 77 persen orang buang air besar pada pagi hari. Mereka memperingatkan bahwa orang yang mencoba menahan buang air besar sampai malam hari bisa mengalami kesulitan saat melakukannya. Faktanya, kata mereka, perilaku semacam itu bisa mengacaukan jam tubuh dan mengakibatkan konstipasi, factor risiko kanker usus yang sudah dikenal.

Penting menekankan agar orang selalu meresons dorongan untuk buang air besar karena kegagalan melakukannya bisa mengakibatkan konstipasi, kata mereka. Pengendalian diri yang dibutuhkan untuk mengatasi tendensi menguat untuk mengosongkan isi perut jelas berpengaruh negative pada kualitas kehidupan maupun pada produktifitas orang yang ingin mengikuti saran ini demi menurunkan berat badan karena konsentrasi mereka akan lebih terfokus pada cara menghindari buang air besar daripada bekerja. Mereka menambahkan, “saran kami untuk menurunkan berat badan adalah melakukan metode sederhana seperti diet seimbang ala Mediterania dan mendorong aktivitas fisik”.

Diet selang-seling untuk menurunkan berat badan dan hidup lebih lama

Diet yang tidak hanya menurunkan berat badan, terapi juga mengatasi penyakit, melindungi tubuh dari infeksi, dan bahkan memperpanjang umur mungkin bukan lagi sekedar mimpi. Sebuah tim dokter dan ilmuwan yang telah menjalani diet selama tiga tahun mengatakan bahwa diet ini bisa memengaruhi penyakit yang berbeda seperti asma dan penyakit jantung. Hasil dari uji coba klinis pertama diet ini memperlihatkan apa yang disebut sebagai reduksi dramatis pada radang yang berhubungan dengan penyakit tersebut.
Kami telah menagamati perbaikan beragam kondisi penyakit, yang dimulai dalam dua minggu, termasuk penyakit resistensi insulin, asma, alergi musiaman, rheumatoid arthritis, osteoarthritis, penyakit menular, penyakit periodontal, dan cardiac arrhythmias, kata Dr. James Johnson, ahli bedah plastic penulis pendamping laporan mengenai diet tersebut bersama para koleganya dari Universitas Stanford dan Universitas New Orleans.
Johnson, yang berat badannya turun 17,5 kg dalam 11 minggu pertama melakukan diet ini, mendeskripsikan diet ini sebagai diet hari suka, hari duka. Diet ini melibatkan makan secara normal pada satu hari dan kemudian membatasi asupan kalori pada hari berikutnya dengan kisaran 20 sampai 50 persen.

Laporan tersebut mengklaim bahwa bagi orang yang ingin menurunkan berat badan, diet ini memiliki keuntungan psikolohis karena meniadakan kekurangan makanan secara permanen. Dinyatakan juga bahwa lebih cenderung mau berdiet selama satu hari saat tahu mereka bisa makan secara normal keesokan harinya daripada harus menahan makan secara tdiak jelas. Namun para peneliti mengatakan bahwa pembatasan kalori selang-seling ini memiliki efek mamperbaiki kesehatan ketika tidak terjadi penurunan berat badan, dan saat ini mereka memiliki data mengenai 500 orang yang telah berhasil menggunakan diet ini.

Selama tiga tahun kami telah bereksperimen dengan pola makan selang-seling yang membatasi asupan hingga 20-50 persen dari estimasi kebutuhan harian selama satu hair, lalu diikuti makan bebas pada hari berikutnya. Pembatasan kalori selang-sleing ini tampaknya memiliki efek memperbaiki kesehatan saat tidak terjadi penurunan berat badan, kata laporan tersebut. Laporan itu menambahkan, Berdasarkan studi yang sangat luas mengenai pembatasan kalori pada hewan yang secara nyata menunda, mencegah, atau melemahkan semua penyakit akibat pembatasan kalori, kami mengajukan pendapat bahwa pola diet ini, dan atau tanap penurunan berat badan, akan menunda, mencegah, atau memperbaiki beragam penyakit manusia selain yang sudah disebutkan di atas, termasuk multiple sklerosis, alzeimer, Parkinson, artherosklerosis, dan kegagalan jantung kongestif.

Tidak diketahui bagaimana tepatnya diet ini bekerja, tetapi sebuah teori menjelaskan bahwa pengurangan makanan akan mengaktifkan gen yag memicu reaksi dalam tubuh yang mempercepat pemrosesan lemak. Hal itu tidak hanya menghasilkan penurunan berat badan, tetapi dikatakan juga berdampak pada level kerusakan oksidatif yang ditengarai terlibat dalam sejumlah besar penyakit.














No comments:

Post a Comment